Peringati Hari Mangrove Se Dunia BPDASHL Jeneberang-Saddang Ajak Komunitas Di Sulsel Hijaukan Pesisir Lantebung

  • Bagikan

SUARAGMBI.CO.ID | MAKASSAR- Aksi penghijauan lingkungan dengan melakukan penanaman mangrove dalam rangka memperingati hari mangrove se dunia oleh Balai Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Jeneberang-Saddang dilaksanakan di pesisir utara kota Makassar tepatnya di Jl Lantebung, Bira, Tamalanrea, Kota Makassar berlangsung sukses dan dalam suasana penuh keakraban pada Minggu pagi, (31/7/2022).

Dalam kegiatan ini BPDASHL Jeneberang-Saddang berkolaborasi dengan berbagai komunitas yang ada di Sulawesi Selatan seperti PD PFI Sul-Sel, Saka Wanabakti Makassar, dan Celebes Postcrosser Community.

Hadir langsung dalam kegiatan ini Kepala BPDASHL Jeneberang-Saddang M.Tahir P, didampingi beberapa orang stafnya beserta perwakilan dari lembaga lain seperti dari P3E Sulawesi-Maluku, Dinas Kehutanan prov. Sul-Sel, BBKSDA Sul-Sel, BPSKL Sulawesi, BPPHLHK Wilayah Sulawesi, BPTH Wilayah II, BPSILHK Makassar, BDLHK Makassar, BPKH Wil VII Makassar, BPHP Wil XIII Makassar, Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, BPPIKHL Wil Sulawesi, KCU Makassar PT Pos Indonesia, perwakilan UPT SPF SDN Tanggul Patompo 2 Makassar, perwakilan SMK Kehutanan Makassar dan perwakilan dari SDN Sambung Jawa Makassar, serta dari komunitas J Kumala.

Kepala Balai BPDASHL Jeneberang Saddang, M Tahir P di awal sambutannya menjelaskan berbagai jenis mangrove yang terdapat di dunia, termasuk yang tumbuh di Indonesia, selain itu M Tahir juga menjelaskan betapa besarnya manfaat hutan mangrove didunia karena mampu menyimpan cadangan karbon sebesar 3,1 milyar ton/tahun.

Dalam sambutannya M tahir juga menyampaikan bahwa baru-baru ini telah membahas Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 tingkat daerah di Kantor gubernur Sulsel. Untuk itu beliau menyampaikan pentingnya menjaga kelestarian alam dengan cara menghijaukan lingkungan hidup termasuk penanaman mangrove di daerah pesisir pantai, untuk itu dia berharap adanya peran serta dari seluruh elemen masyarakat untuk bekerjasama dalam menjaga kelestarian alam.

“Harapan saya kepada teman-teman bahwa pelestarian kawasan hutan mangrove ini maupun pelestarian pengelolaan DAS ini kalau hanya BPDASHL atau orang kehutanan saja yang melaksanakan, saya sudah sering sampaikan bahwa sampai dunia kiamat pun tidak akan selesai”.

Selain itu Kabalai juga menyampaikan banyaknya tantangan dan hambatan dalam pelestarian hutan mangrove di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat yang menjadi wilayah kerja BPDASHL Jeneberang Saddang.

“Kenapa saya bilang sampai kiamat tidak akan selesai karena didalam DAS, didalam pelestarian mangrove ini banyak sekali kepentingan, diantaranya ada kepentingan mengenai tata ruang, ada kepentingan pengusaha, ada juga kepentingan petani dan nelayan. Lanjut M tahir.

Beliau juga menyampaikan bahwa saat ini kawasan hutan semakin sempit karena adanya perambahan hutan oleh masyarakat.

“Orang sering bertanya kepada saya, kenapa dimusim hujan saat ini sering terjadi banjir, saya jawab bahwa dahulu di tahun 1983 itu tidak ada banjir, sekarang baru ada banjir, kenapa demikian? Sebagaimana kita ketahui bahwa luas lahan atau area hutan itu tetap sedangkan manusia terus bertambah, nah konsekwensinya berarti lahan kawasan hutan yang terus menerus akan di rambah oleh masyarakat kita” tutur M Tahir

“Dulunya kehutanan itu jiwanya melarang-melarang terus, tapi sekarang ini bagaimana kita menfasilitasi masyarakat supaya bisa mengelola kawasan hutan tanpa merubah fungsi”. Lanjut Kabalai ditengah sambutannya.

Pelaksanaan penanaman bibit mangrove oleh berbagai komunitas di kawasan wisata mangrove lantebung (foto: Rahmawati)

Menurut M Tahir saat ini masyarakat akan diberikan akses oleh kehutanan dalam bentuk berbagai kegiatan terkait hal pengelolaan hutan.

” yang jelas masyarakat akan kita berikan berbagai kegiatan-kegiatan yang bisa meningkatkan pendapatan mereka khususnya petani dalam hal kegiatan kehutanan tersebut” sambungnya.

Menurut M Tahir, bahwa perubahan iklim di Indonesia setiap tahun juga sering menimbulkan masalah, ini terjadi karena adanya pengelolaan hutan yang selama ini kurang tepat seperti adanya penanaman di kawasan hutan resapan air yang tidak memperhatikan kaidah kaidah konservasi tanah dan air.

“Saya juga pernah mendapat pertanyaan dari salah seorang professor dari Unhas dalam suatu rapat bersama, bahwa kenapa kemarin itu Masamba bisa kena banjir, saya jawab bahwa masamba itu memang kondisi tanahnya seperti itu, bahwa berdasarkan hasil kajian dan penelitian oleh Unhas sendiri bahwa tanah di Masamba itu memang terlalu poros oleh erosi ditambah lagi penanaman-penanaman dikawasan hutan yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air waktu itu sehingga dimusim hujan sangat rentan terhadap banjir”. Ucap M Tahir.

Pada kesempatan terakhir kembali M Tahir mengajak kepada seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama dengan pemerintah agar tetap menjaga kelestarian hutan khususnya di Sulsel.

“Mari kita bersama-sama untuk melihat kedepan Sulsel ini, karena kita di Sulsel ini kalau musim hujan kena banjir dan kalau musim kemarau ya kekeringan kita, untuk itu sekali lagi harapan saya mari kita sama-sama, mari bergandengan tangan, jangan hanya saya dan teman-teman kehutanan yang harus bergelut disana tapi harus menjalin komunikasi dengan komunitas yang ada di makassar”. Tutur Kabalai dalam sesi akhir sambutannya.

Dalam kesempatan ini Kabalai juga menjanjikan akan segera membentuk suatu Forum Peduli Mangrove (FPM) dan Masyarakat Kehutanan Indonesia (MKTI) yang akan di buat dalam satu paket sebagai bentuk sosialisasi mengenai permasalahan dan solusi pengelolaan terkait hutan mangrove yang ada di Sulsel dan berjanji akan mengundang berbagai komunitas demi menjaga kelestarian kawasan hutan mangrove yang saat ini dan kedepannya.

Acara terakhir dalam kegiatan ini adalah penyerahan secara simbolis 1000 batang bibit mangrove jenis Rhizophora oleh Kabalai kepada sekitar 120 orang peserta yang diterima oleh masing-masing perwakilan dari komunitas yang ikut ambil bagian dalam kegiatan ini, selanjutnya acara kemudian ditutup dengan pemotongan tumpeng menandakan perayaan hari mangrove se dunia tahun 2022.(**)

 

 

 

 

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *