SUARA GMBI | MAKASSAR –Pengentasan kawasan kumuh lewat program Revitalising Informal Settlement and their Environment (RISE) di Kota Makassar terus digenjot.
Setelah program RISE sukses berjalan di Kelurahan Batua, Kecamatan Manggala, sejak 2017, program ini kemudian berlanjut di kawasan timur kota.
Program kerja sama Kemitraan Indonesia-Australia untuk Infrastruktur (KIAT) ini menyasar Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya.
Komitmen Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar dan Australia mengentaskan kawasan kumuh di timur kota dibuktikan melalui groundbreaking atau pelatakan batu pertama program RISE di Untia, Kamis (1/9/2022).
Pelatakan batu pertama dilakukan oleh Wali Kota Makassar, Moh. Ramdhan Pomanto, bersama Konjen Australia di Makassar, Bronwyn Robbins, dan Wakil Direktur RISE, Diego Ramirez, dari Monash University.
Turut hadir Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Sulawesi Selatan (PPW Sulsel), Ahmad Asiri, dan Direktur Kemitraan RISE dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Ansariadi.
Danny Pomanto mengatakan, ada beberapa hal yang menjadi intervensi dalam program RISE. Mulai dari perbaikan infrastruktur saluran drainase, sanitasi, dan air bersih.
Intervensi itu lewat teknologi, jadi yang kurang baik itu kita buat menjadi lebih baik dan dampaknya itu kita kita teliti juga apakah berguna atau tidak,” kata Danny.
Ia menyampaikan, ada lima titik yang menjadi lokasi program RISE di Makassar. Dua di antaranya sementara berjalan, yakni di Kelurahan Batua dan Untia.
Pemerintah Australia memberikan dukungan dana hibah sebesar AUD4 juta melalui KIAT kepada Monash University bekerja sama Pemkot Makassar dan Unhas untuk program RISE.
“Sebagai lokasi terpilih kita berharap program ini bisa meningkatkan kesehatan masyarakat dan peningkatan kualitas lingkungan,” tuturnya.
Diketahui program RISE hanya dijalankan di dua kota di dunia, yakni Makassar (Indonesia) dan Suva (Fiji).