SUARAGMBI.CO.ID | Takalar, – Aksi protes dilakukan warga Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel) dengan memblokade Jalan Trans Sulawesi sebagai bentuk kekecewaan karena tidak lolosnya salah satu bakal calon Kepala Desa yang mereka dukung menjadi calon Kepala Desa.
Aksi blokade jalan ini dilakukan di jalan Trans Sulawesi yang merupakan akses penghubung antara Kabupaten Takalar dan Kota Makassar.
Baca Juga : Proyek Konstruksi Perbaikan Jembatan Pute Maros Telan Biaya Rp 15 Miliar
Warga mulai melakukan penutupan jalan pada Sabtu (12/11) sejak pukul 11.00 Wita. Jalan Trans Sulawesi itu lalu dibuka setelah warga membubarkan diri sekitar pukul 20.15 Wita.
“Sudah aman dan jalan sudah bisa dilalui. Sudah tidak ada lagi kegiatan,” ungkap Bhabinkamtibmas Biring Kassi Aipda Salam dikutip dari detikSulsel, Sabtu (12/11/2022).
Baca Juga : Walikota Danny Ajak Kader dan Alumni PMII Berperan Dalam Program Longwis
Jam 20.15, yang berkumpul sudah tidak ada, yang saya lihat (penutupan jalan) juga ini sudah tidak ada,” katanya.
Salam menuturkan warga membubarkan diri setelah dilakukan pendekatan persuasif dan akhirnya dapat dimengerti oleh massa. Apalagi aksi protes tersebut mengakibatkan arus lalu lintas (lalin) di lokasi macet total.
“Melakukan pendekatan, sehingga dia mengerti untuk kepentingan jalan juga, sehingga dia dapat bubar dengan sendirinya,” tuturnya
Baca Juga : Curah Hujan Tinggi BBWS Pompengan Jeneberang Respon Cepat, Gelar Apel Kesiapsiagaan Bencana
Untuk diketahui, Warga di Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara itu memblokade Jalan Trans Sulawesi sebagai bentuk protes karena dukungannya tidak lolos sebagai calon kepala desa untuk pilkades mendatang.
“Pascahasil pengumuman tes calon pilkades. Tes calon kepala desa. Dia tutup jalan, jalan lintas Provinsi,” ujar Bhabinkamtibmas Biring Kassi Aipda Salam dikutip detiksulsel Sabtu (12/11/2022).
Menurut Salam, aksi protes tersebut dilakukan oleh pendukung salah satu bakal calon yang dinyatakan tidak lolos. Mereka pun merasa dicurangi.
“Yang tidak lolos yang menyuarakan protes. Bisa saja ada anggapan seperti itu (warga protes karena merasa dicurangi),” ujarnya menutup (*)