Kedatangan ratusan massa tersebut guna mendesak Kejaksaan Tinggi Sulsel segera mengusut adanya dugaan praktek persekongkolan pada lelang proyek di Kabupaten Soppeng tahun 2021 hingga 2022.
Salah seorang orator, Adnan dilokasi mengungkap adanya beberapa paket pengerjaan sekolah tahun 2021 yang diduga terjadi kecurangan pada proses lelangnya.
Menurutnya, dari 41 paket pekerjaan proyek pembangunan sekolah ditahun 2021 dalam proses pekerjaannya terindikasi tidak sesuai dengan spek pada material bahan bangunan.
“Contoh pada proyek sekolah, dimana kami menduga hampir secara keseluruhan dalam pelaksanaannya terindikasi menggunakan bahan bekas dari bangunan lama yang tentunya tidak sesuai atau berdasar pada spesifikasi teknis,” katanya saat menyampaikan orasinya didepan Kantor Kejati Sulsel. Rabu (25/1/2023).
Lebih lanjut ia menyebutkan jika hal yang sama diduga juga turut terjadi di tahun 2022 pada Instansi Dinas PUTR Kabupaten Soppeng.
“Kejadian ini berlanjut ditahun 2022, diduga ada 4 paket pengerjaan rehabilitasi jaringan irigasi milik Dinas PUTR Kabupaten Soppeng yang dikerjakan terindikasi lagi tidak sesuai dengan spefikasi teknis,” sebutnya dikutip GerbangTimurNews.
Bahkan menurut Adnan yang lebih parah lagi karena ada pengerjaan proyek di Kabupaten Soppeng tersebut yang dikerjakan hingga tahun 2023.
“Kami heran kenapa ada pengerjaan menyebrang ditahun 2023, padahal kita tahu Soppeng ini tidak terkena dampak bencana alam yang berpotensi menganggu jalan proses pembangunan, justru kenapa bisa menyeberang ditahun 2023 dan ini hanya proyek kecil,” terangnya.
Olehnya itu, dirinya meminta Kejaksaan Tinggi dan Polda Sulsel untuk turun memeriksa para kontraktor/pemenang lelang pada tahun 2021 hingga 2022 atas pengerjaan yang diduga tidak sesuai dengan spek.
“Kami meminta Kejati dan Polda Sulsel turun mengusut pengerjaan yang tidak sesuai spek ini, kami menduga terjadi praktek KKN, selain itu kami meminta agar panitia lelang untuk juga dilakukan pemeriksaan yang diduga lalain dan melakukan persekongkolan,” tutupnya.(*)