PanglimaTa Siap Kembalikan Marwah Sulsel

  • Share
Caption: Foto Mayjen (Purn) Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki atau yang lebih dikenal dengan Panglima Ta'
SUARA GMBI | MAKASSAR — Dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat adat Bugis dan Makassar dikenal istilah Siri na Pacce, Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge yang secara harfiah bermakna rasa malu dan perasaan perih, saling memanusiakan, saling menghargai dan saling mengingatkan,
Antara Siri na Pacce, Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge merupakan nilai budaya masyarakat yang merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan dan telah menjadi prinsip hidup bagi mayoritas masyarakat di Sulawesi Selatan.
jika dimaknai secara luas budaya ‘Siri na Pacce’, Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge merupakan kehormatan dan harga diri seseorang serta rasa kepedulian dan solidaritas saling memanusiakan, saling menghargai dan saling menasehati dan mengingatkan kebaikan dalam interaksi sosial kemasyarakatan.
Dalam konteks kepemimpinan, seorang tokoh pemimpin hendaknya dapat menanamkan budaya siri’ na pacce, sipakatau, sipakalebbi, sipakainge sebagai pedoman dalam memimpin suatu daerah terlebih mayoritas masyarakat yang akan dipimpinnya adalah sumber lahirnya falsafah budaya tersebut.

Baca Juga: Aster Kasdam Hasanuddin Hadiri Rakerda PHRI Sulsel 2023

Salah satu Bakal Calon Gubernur yang akan maju dalam bursa Pemilihan Gubernur 2024 (Pilgub) mendatang di Sulawesi Selatan adalah Mayjen TNI (Purn) Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki yang merupakan salah satu Tokoh Sulawesi Selatan yang diketahui memiliki rekam jejak yang bersih dan tegas tetapi santun serta disiplin dalam memimpin.
Mengusung Tagline, “Panglima Ta’ Siap Mengembalikan Marwah Sulsel, Andi Muhammad Mappanyukki dinilai banyak kalangan sebagai sosok yang tepat dalam memimpin Sulsel lima Tahun kedepan
Andi Muhammad diharapkan mampu mengembalikan falsafah Siri na Pacce, sipakatau, sipakainge, sipakalebbi, yang merupakan nilai budaya masyarakat lokal di Sulawesi Selatan dan menjadi satu kesatuan tidak terpisahkan yang telah menjadi prinsip hidup bagi mayoritas masyarakat di Sulawesi Selatan.

Baca juga: Berlokasi Strategis, Kepala KPLP Lapas Makassar Berkunjung ke Perumahan Viola Maros

Kepemimpinan Panglima Ta’ diharapkan dapat mengembalikan harkat dan martabat serta jati diri kehidupan sosial masyarakat di Sulawesi Selatan yang dikenal berjiwa pemberani serta memiliki jiwa solidaritas yang tinggi dilandasi nilai moral dan religius.
Tentunya penilaian ini tidak terlepas dari latar belakang profesi dan silsilah keturunan beliau yang dikenal sebagai mantan Perwira Tinggi TNI AD yang pernah menduduki berbagai jabatan strategis sekaligus keturunan dari dua Kerajaan besar di Sulsel yakni Kerajaan Bone dan Kerajaan Gowa.
Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki dikenal sebagai sosok pemimpin yang taat beribadah dan memiliki keberanian serta ketegasan, namun tetap santun dan bijaksana dalam memimpin.
Dalam beberapa kesempatan hampir disetiap waktu Ia selalu menyempatkan diri untuk sholat berjamaah di Mesjid bersama jamaah lain baik disaat dirinya masih aktif sebagai Perwira Tinggi TNI-AD maupun saat dirinya memasuki masa pensiun.

Baca juga: Dua Legislator DPRD Sulsel Diperiksa KPK Terkait Suap

Diakhir masa jabatan sebagai Panglima Kodam Hasanuddin, Andi Muhammad pernah menyampaikan pidato saat membuka kegiatan Budaya Sipakatau beberapa waktu lalu di Istana Balla Lompoa Jongaya yang merupakan Rumah Adat peninggalan leluhurnya.
“Sebagai generasi pelanjut dari leluhur saya, bahwa pengabdian saya di tubuh TNI dalam.waktu dekat mungkin akan berakhir, maka pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan bahwa “Prajurit Tua Tidak Pernah Mati Mereka Hanya Memudar”, tutur Panglimata.
Menurutnya motto tersebut sebagai bentuk semangat dari jiwa kepemimpinan sekaligus gambaran kesiapan untuk mengabdikan diri demi Bangsa dan Negara walau dirinya tidak lagi berkarir dalam militer.
“Insya Allah saya akan selalu hadir apabila rakyat dan negara membutuhkan karena saya telah ditakdirkan sebagai pemilik darah Pejuang, darah Ulama, darah Pemimpin, bahkan darah Pahlawan karenanya saya sudah membulatkan tekad melanjutkan misi leluhur saya agar bisa bermanfaat demi Bangsa dan Negara khususnya Masyarakat Sulawesi Selatan”. pungkasnya saat menyampaikan sambutan.
Dalam beberapa kesempatan, eks Pangdam XIV Hasanuddin ini selalu berbicara tentang marwah Sulawesi Selatan yang Ia nilai sebagai jati diri serta menyangkut harkat dan martabat yang sangat penting untuk dijaga.
Mengapa ini sangat perlu dijaga, sebab merupakan salah satu akhlak yang dapat mengantarkan seseorang untuk memiliki jiwa yang bersih dan tidak terkungkung dan di perbudak oleh nafsu syahwatnya, karena karakter seorang muslim mempunyai cita cita (himmah) yang tinggi dan sangat tidak suka pada sesuatu yang buruk, rendah dan hina.
“Agama mengajarkan kepada manusia untuk menghindarikan diri dari sifat kehinaan kepada diri sendiri,” ujar Andi Muhammad di Makassar, baru – baru ini.
Membahas Sulsel, tentunya daerah ini memiliki suku, budaya dan agama yang beragam. Tidak mudah menjaga keutuhan di provinsi ini di tengah gempuran era teknologi yang terkadang disalah gunakan oknum tertentu untuk memecah belah persatuan dan keharmonisan masyarakat Sulsel.
Olehnya itu, kata Andi Muhammad, diperlukan aksi – aksi nyata di tengah masyarakat agar marwah Sulsel yang notabene dihormati dan dihargai, bisa terus terjaga demi kemajuan daerah.
“Untuk kemajuan Sulsel dan masyarakatnya saya tidak main – main. Saya ingin mengembalikan sekaligus terus menjaganya hingga akhir hayat. Saya serius dalam hal ini, ” tegas cucu dari Raja Bone ke-32, Andi Mappanyukki ini.
Tidak hanya itu, dirinya juga sedih dengan kepungan skandal korupsi, mewabahnya kasus intoleransi dan ujaran kebencian yang belakangan marak terjadi.
Tentu hal ini menggugah keprihatinan bersama mengapa persoalan-persoalan ini bisa terjadi. Padahal, Sulsel dulunya dikenal dengan nilai-nilai luhur kesantunan, kejujuran, ramah dan toleran yang kian lama ternyata mengalami gejala memudar dan luntur.
Belum lagi aksi aktor-aktor politik cenderung makin berani memperlihatkan intrik, manuver dan kongsi secara kasat mata. Bukan semakin malu, sebaliknya, publik menjadi saksi bagaimana ‘akrobat” politik secara vulgar sengaja dipertontonkan.
Kondisi ini diperparah dengan mewabahnya pengarusutamaan info-info sampah (fake news) yang memenggal nalarsehat dan mengikis ingatan sosial. Hingga pada taraf tertentu, berita hoaks muncul bersliweran serupa dengungansemu yang menambah riuh labirin kesimpangsiuran.
“Inilah semua yang ingin saya benahi ke depan. Tujuannya, tidak lain agar Sulsel kembali ke marwahnya,”pungkasnya. (*)
  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *