Melihat Secara Langsung Proses Pembuatan Gula Aren di Desa Cijengkol

  • Bagikan

Suaragmbi.co.id, Lebak – Gula aren merupakan salah satu bahan yang digunakan oleh kebanyakan masyarakat untuk dijadikan pemanis. Di Kecamatan Cilograng masih banyak masyarakat yang menjadi perajin gula aren dengan tujuan dipasarkan atau hanya untuk dikonsumsi.

Seperti yang dilakukan oleh salah satu perajin gula aren asal Desa Cijengkol, Kecamatan Cilograng, Kabupaten Lebak-Banten Abah Iwan. Ia mengatakan, masyarakat Desa Cijengkol masih banyak pengrajin memproduksi gula aren.

Baca juga : Kerjasama Warga dan Polisi RW dalam Menjaga Keamanan Jelang Pilkada Serentak 2024

“Bahan baku gula aren yaitu air nira ini diperoleh dari pohon enau atau aren yang masih banyak dijumpai di kebun-kebun masyarakat,” ujar Iwan, Jum’at (24/5/2024).

Ia menjelaskan, proses pembuatan gula aren ini diawali dengan proses pengambilan air nira dari pohon aren yang biasa disebut dengan nyadap atau disadap.

Baca juga : Tim Tabur Kejaksaan Amankan Buronan Kasus Pengangkutan BBM Ilegal

“Sebelum air nira disadap, proses awal harus dilakukan pemukulan atau di tingur yakni tangkai tandan bunga pada pohon aren. Proses tingur ini dilakukan setidaknya tiga kali dalam seminggu,” tambahnya.

Setelah proses tingur tadi, sebagian tangkai tandan bunga tepatnya pada bagian atasnya dipotong dan ditunggu hingga mengeluarkan air nira. “Setelah air keluar dan mengalir dengan baik, proses selanjutnya baru air nira itu disadap,” terusnya.

Baca juga : Komunitas KKG dan KKKS di Kec. Bengo Bahas Asesmen Sumatif Tahun 2024

Dalam sehari Abah Iwan bisa mendapatkan air nira sebanyak 6 ruas bambu atau yang disebut lodong.

Air nira yang telah disadap itu pun bisa langsung diolahnya untuk dijadikan olahan tradisional gula aren khas Desa Cijengkol.

Baca juga: Akses Penghubung Dua Desa di Kecamatan Cilograng Butuh Perhatian Khusus dari Pemerintah

“Untuk membuat gula aren, hal pertama yang kita lakukan itu memasukan air nira pada wajan besar yang telah disiapkan. Lalu dimasak menggunakan tungku selama kurang lebih empat jam hingga tekstur air nira terlihat mengental,” sambungnya.

Setelah dirasa mulai mengental, barulah air nira itu bisa diproses dan dimasukkan ke cetakan untuk menjadi gula aren.

Baca juga : Walikota Danny Pomanto Menjadi Pembicara Utama di World Water Forum 10 di Bali

Iwan harus menunggu selama kurang lebih 10 menit agar cetakan itu bisa kering sempurna sehingga menjadi gula aren. Ketika sudah kering, barulah gula aren itu dikeluarkan dari cetakannya untuk kemudian dikemas agar bisa segera dipasarkan.

Iwan menjual gula aren dengan harga Rp 60 ribu per 5 cetakan (kojor_red) Untuk dapat menghasilkan 1 kojor gula aren, Iwan membutuhkan 6 lodong air nira.

Baca juga : Lembaga Bantuan Hukum Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (LBH GMBI) Desak Pengadilan Negeri Serang untuk Segera Lakukan Eksekusi Terhadap PT. Clipan Finance Indonesia Tbk

Rata-rata dalam sehari ia bisa menghasilkan 5 kojor gula aren. “Untuk pemasaran biasanya sudah banyak yang nunggu melalui pesanan,” pungkasnya.

Editor: Rizky
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *